Selamat Datang di Web Blog Purna Praja STPDN/IPDN Kabupaten Ketapang

18 October 2008

Sekilas Kalimantan Barat

Pada tahun 1936, Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah keresidenan yaitu bagian dari Govermenten van Borneo (GB) dengan pusat pemerintahan di Banjarmasin, Dua tahun kemudian GB ini menjadi dua residensi dimana salah satunya adalah Residentie Westerfdeling van Borneo dengan pusat pemerintahan di Pontianak.


Pada tahun 1942 - 1945, Jepang menduduki Kalimantan Barat serta mengakhiri masa pemerintahan Hindia Belanda. Dalam masa pendudukan Jepang ini , masih tetap dalam status keresidenan yang residennya berpusat di Banjarmasin, tapi merupakan bagian dari Borneo Minseibu Cokan.

Dimasa perjuangan kemerdekaan, tokoh - tokoh Kalimantan Barat yang gigih menentang penjajahan Melanda maupun Jepang adalah : Gusti Sulung Lelanang, Gusti Situt Mahmud, AR Jeranding , HR A. Rahman DLl.

Setelah kekuasaan Jepang berakhir ternyata Kalimantan Barat Belum Langsung menikmati kemerdekaan karena dikuasai oleh kolonialis, khususnya pemerintahan Belanda ( NICA) pada tahun 1945. Status keresidenan Kalimantan Barat segera disempurnakan dengan pengakuan adanya 12 pemerintahan Swapraja dan Neo Swapraja , yang tidak lama kemudian digabung menjadi sebuah daerah federasi.

Daerah Kalimantan Barat oleh NICA diakui sebagai Daerah Istimewa Kalimantan Barat ( DIKB) pada tahun 1948. Tetapi DIKB tidak bertahan lama yang kareanadanya desakan dari rakyat, maka pada tahun 1949 DIKB dan kepala daerah menyerahkan wewenang kepada residen kalimantan Barat di Pontianak Sebagai wakil Pemerintahan Pusat Republik Indonesia Serikat (RIS).

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri RIS mengukuhkan wewenang residen yang menjalankan pemerintahan di Kalimantan Barat dan pemerintahannya kembali kepada status keresidenan administrasi yang merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan barat yang berpusat di banjarmasin. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1956.

Atas dasar Undang-undang Nomor 25 tahun 1956, Kalimantan Barat mendapatkan status sebagai daerah Propinsi Otonom dengan ibukota Pontianak. Kedudukuan sebagai daerah otonom ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 1957. Selanjutnya tanggal ini dianggap sebagai hari jadi Pemerintah Kalimantan Barat. Namun Mulai Tahun 2002 Hari jadi Pemerintah Kalimantan Barat diperingati setiap tanggal 28 Januari. Sejak ditetapkannya sebagai Daerah Propinsi Otonom yaitu pada tanggal 1 Januari 1957 sampai saat ini, Kalimantan Barat telah dipompin oleh delapan pejabat Gubernur. Dewasa ini daerah pemerintah Kalimantan Barat sejak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999.


L e t a k

Provinsi Kalimantan Barat terletak tepat di garis khatulistiwa (Kota Pontianak) di atas garis 2° 08' LU dan 2° 05' LS serta di antara 108° BT dan 114°10' BT pada peta bumi.

Provinsi ini berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak (Malaysia Timur) dan merupakan satu-satunya Provinsi yang memiliki akses langsung jalan darat via poros jalan antar negara Pontianak-Entikong-Kuching yang memiliki jarak tempuh sekitar 6-8 jam (400 km), dengan kendaraan roda empat.


Batas Wilayah

Utara


:


Sarawak (Malaysia Timur), Kabupaten Sambas, Sanggau, Bengkayang, Sintang dan Ketapang

Selatan


:


Laut Jawa

Timur


:


Kalteng dan Kaltim

Barat


:


Laut Natuna dan Selat Karimata


Topografi

Dilihat dari tekstur tanahnya maka sebagian besar daerah Kalbar terdiri dari tanah rawa bercampur gambut, jenis tanah PMK (podsolit merah kuning), yang meliputi areal sekitar 10,5 juta hektar atau 17,28 persen dari luas daerah yang 14,7 juta hektar. Berikutnya tanah OGH (orgosol, gley dan humus ) dan tanah Aluvial sekitar 2,0 juta hektar atau 10,29 persen yang terhampar di seluruh kabupaten, namun sebagian besar terdapat di kabupaten daerah pantai.

Daerah Kalbar merupakan dataran rendah dengan ketinggian sekitar 0-200 m di atas permukaan laut. Daerah pantai terdapat di wilayah barat dan selatan , panjang pantai 1.165 km. Wilayah pantai disamping merupakan pasir dan batu juga sebagian terdiri dari endapan lumpur dan berawa. Jumlah sungai yang dapat dilayari : 26 buah dan panjang keseluruhan 3.234 km dengan bobot muatan antara 10 - 40 ton. Sungai yang terpanjang dilayari adalah Sungai Kapuas (1.086 km).

Jalur sungai dapat menghubungkan beberapa Ibukota Kabupaten dan Kecamatan Wilayah yang masih mengandalkan jalur sungai yaitu daerah pedalaman, khususnya di Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu dan Ketapang. Jalur angkutan laut terdapat di wilayah Kodya Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang. Kapal penumpang dan barang menghubungkan Pontianak dengan Jakarta, Semarang, Surabaya dan daerah lainnya.

Jalur perhubungan udara dilayani dengan pesawat DAS menghubungkan Pontianak dengan Kabupaten Sintang, Kapuas Hulu dan Ketapang.

Pontianak - Jakarta dilayani setiap hari dengan pesawat Garuda, Merpati, Pelita, Batavia, Bouraq, Jatayu dan Citilink.

Pontianak - Balikpapan, Batam dan Medan dilayani Merpati dan Jatau (Seminggu tiga kali).

Pontianak ke luar negeri (Serawak dan Kuching) dilayani dengan pesawat Merpati dan MAS.


Hidrologi

Kalimantan Barat dijuluki sebagai Provinsi "seribu sungai". Hal ini karena di Kalbar terdapat Sungai Kapuas yang memiliki panjang sekitar 1.143 km dan merupakan sungai terpanjang di Indonesia yang menjelajah 65% wilayah Kalimantan Barat.

Meskipun tidak memiliki banyak danau, namun di Kalbar terdapat beberapa danau yang cukup potensial seperti Danau Sentarum yang memiliki luas sekitar 117.500 Ha dan Danau Luar 1 dengan luas 5.400 Ha yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu.

Kalbar juga tidak memiliki banyak gunung.


I k l i m

1.


Beriklim tropis dengan suhu antara 22°C - 32°C dengan kelembaban tinggi.

2.


Keadaan cuaca pada umumnya berawan dan kabut terutama pada bulan Februari sampai dengan Agustus.

3.


Curah Hujan berkisar antara 3.250 Mm s/d 4.134 Mm, musim penghujan terjadi pada bulan September sampai Desember dan hampir setiap tahun terjadi banjir di daerah pedalaman.


Demografi

1.

Perkembangan Jumlah Penduduk
*

Jumlah penduduk tahun 2003 tercatat 3.958.448 jiwa dengan pertumbuhan 2,65%.
*

Kepadatan penduduk 27 orang / km2.
2.

Komposisi penduduk
*

Berdasarkan Suku Bangsa

a.


Dayak


:

41 %

b.


Melayu


:

39 %

c.


Cina


:

12 %

d.


Bugis


:

5 %

e.


Lain-Lain


:

3 %
*

Berdasarkan agama dan kepercayaan

a.


Islam


:

52,87 %

b.


Katolik


:

20,59 %

c.


Protestan


:

8,69 %

d.


Budha


:

2,26 %

e.


Hindu


:

0,55 %

f.


Kepercayaan


:

15,04 %
*

Berdasarkan status sosial

a.


Tani


:

17,89 %

b.


Nelayan


:

16,72 %

c.


Pedagang


:

11,39 %

d.


Buruh


:

3,77 %

e.


Pegawai Negeri


:

4,78 %

f.


Swasta


:

16,93%

g.


Pelajar


:

23,34%

h.


Lain-Lain


:

5,18 %

Visi

“Kalbar Bersatu, mandiri, ramah lingkungan dan berdaya saing global menuju masyarakat yang aman dan sejahtera lahir-bathin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia“

Misi

*

Percepatan Pembangunan
*

Stabilitas dan Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
*

Kemandirian Daerah
*

Pengembangan SDM Yang Berdaya Saing Global
*

Lingkungan Hidup
*

Kesejahteraan Materiil dan Spiritual.


Makna Lambang

1.

Bersudut lima, dimaksudkan sebagai suatu negara kesatuan yang bersendikan Pancasila
2.

Kata “Akcaya” yang berarti “Tak kunjung binasa”atau dengan keuletan yang pantang menyerah
3.

Perisai mandau dan keris menggambarkan pusaka dan kebudayaan warisan leluhur masyarakat daerah Kalimantan Barat
4.

Garis melintang di tengah-tengah melukiskan bentangan khatulistiwa tepat pada garis equator
5.

Kobaran api dalam tungku menggambarkan semangat perjuangan yang tak kunjung padam
6.

Padi dan kapas bersimpul pita dengan sudut empat merupakan lambang kemakmuran yang dijiwai oleh semangat catur karsa (empat kehendak) yaitu : kesungguhan, kejujuran, gotong royong, dan kekeluargaan. Jumlah unsur kapas (17), nyala api (8), padi (45), melukiskan lahirnya Republik Indonesia 17 agustus 1945.


Sosial dan Budaya

Jumlah penduduk terbanyak adalah Kalbar yaitu 34 % dari total penduduk seluruh Kalimantan, yaitu sebanyak 3.722.172 jiwa


Ekonomi

1.

Pertumbuhan Ekonomi 3,23%
2.

Pertumbuhan Sektor Pertanian 2,30%
3.

Pertumbuhan Sektor Industri 2,40%
4.

Pertumbuhan Sektor Perdagangan 2,44%
5.

Pertumbuhan Sektor Keuangan 4,71%
6.

Tingkat Pengangguran Terbuka 4,61%
7.

Tingkat Pengangguran Terdididk (SLTA +) 9,48%
8.

Jumlah Penduduk Miskin 14,79%
9.

Jumlah Penduduk Miskin 14,79%
10.

PDRB Perkapita Rp. 5.585.035
11.

PDRB Sektor Pertanian Rp. 5.071,92 Milyard (26% dari Total PDRB Kalbar)
*

Tanaman Pangan Rp. 1.463,70 M
*

Peternakan Rp. 490,83
*

Perikanan Rp. 495,70 M
12.

PDRB Sektor Kehutanan Rp. 1.147,70 M
13.

PDRB Sektor Perkebunan Rp. 1.473,99 M
14.

Human Development Index 65.8
15.

Eksport US $ 371 juta
16.

Perkembangan Aktiva Perbankan Rp. 8,9 Trilyun


Potensi Sumber Daya Manusia

Angkatan Kerja Sektor Pertanian 1.778.745 Orang

1.

Kelompok Tani Tanaman Pangan 7.322 Kelompok terdiri dari :
*

Kelas Pemula 3.704 Kelompok
*

Kelas Lanjut 2.852 Kelompok
*

Kelas Madya 633 Kelompok
*

Kelas Utama 133 Kelompok
2.

Kelompok Tani Tanaman Pangan 6.659 Kelompok terdiri dari :
*

Kelas Pemula 2.386 Kelompok
*

Kelas Lanjut 2.655 Kelompok
*

Kelas Utama 98 Kelompok
3.

Kelompok Tani Ternak 580 Kelompok terdiri dari :
*

Kelas Pemula 342 Kelompok
*

Kelas Lanjut 128 Kelompok
*

Kelas Madya 79 Kelompok
*

Kelas Utama 24 Kelompok


Jeruk

Jeruk Siam merupakan komoditas unggulan dan komoditi primadona Kalbar yang dikenal dengan sebutan “ Jeruk Pontianak”, kendatipun sebenarnya berasal dari Kec. Tebas Kab. Sambas. Sifat khas jeruk ini yaitu manis rasanya, tipis kulitnya, dan licin mengkilat.

Jeruk Siam ada di Kalbar sejak Tahun 1936 tepatnya di Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari Negara Cina. Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hinggan mencapai 1.000 ha. Tahun 1960 sebagaian besar pohon jeruk ini ditebangai karena terserang penyakit.

Pada tahun 1979 perkebunan jeruk siam dikembangkan kembali dan sampai tahun 1996 mengalami masa kejayaan yaitu mencapai 10.000 ha lebih dengan produksi 26.000 ton per tahun. Setelah Tahun 1996 jeruk siam anjlok sebagai akibat dari monopoli sistem tata neiaga sehingga harga ditingkat petani jatuh dan Total Revenue (TR) tidak cukup membiayai Total Cost (TC); akibatnya petani membiarkan pohon jeruk merangas mati karena tidak terpelihara dan diperparah akibat serangan hama penyakit.

1.

Lokasi

Luas potensi areal pengembangan KSP Jeruk saat ini antara 10.000 – 20.0000 Ha, terdapat di Kab. Sambas dan terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kec./ Pemangkat, Tebas, Sambas, dan Teluk Keramat.

Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kab. Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 Ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 Ha.

No.


Kecamatan


Potensi (Ha)


Diusahakan (Ha)


Tersedia (Ha)

1.


Pemangkat


2.700


650


2.050

2.


Tebas


4.600


1.185


3.415

3.


Sambas


400


296


104

4.


Teluk Keramat


2.300


25


2.275

5.


Selakau


-


35


-



Jumlah


10.000


2.191


7.844

2.

Keunggulan
*

Popularitasnya sudah cukup terkenal baik dalam maupun luar negeri (khususnya Asean)
*

Masa produktifitas 15-20 Tahun
*

Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 3,59 (tertinggi dibanding komoditas lainnya)
*

Harga Pasaran stabil dan cenderung terus meningkat
3.

Sarana Penunjang
*

Stabilitas keamanan terjamin
*

Peraturan dan Regulasi tentang perizinan sangat mudah
*

Transportasi darat lancar dan dapat dilalui kendaraan roda empat (Jalan Aspal dari Kota Pontianak ke lokasi perkebunan) jarak tempuh 196 km
*

Pelabuhan laut tersedia yaitu Pelabuhan Sintete terletak dikawasan sentra produksi serta pelabuhan lainnya di Kota Pontianak
*

Lembaga Keuangan (Perbankan) tersedia hingga ditingkat Kecamatan
*

Lahan mempunyai surat tanah yang jelas (bersertifikat)
*

Tersedia tenaga kerja yang profesional
*

Telekomunikasi, listrik dan air bersih lancar
*

Harga barang-barang kebutuhan relatif terjangkau
*

Di ibukota Kabupaten (Sambas) tersedia Hotel, dan restoran yang cukup representatif
*

Tersedia Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Tani yang menyebar disetiap Desa

Lidah Buaya (Aloevera)

Lidah Buaya (Aloe barbadensis Milleer) sudah dikenal sejak ribuan tahun silam, digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tanaman bermanfaat sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan dibidang agro industri semakin luas dan beraneka ragam produk yang dihasilkan dalam rangka peningkatan dan pengembangan produksi dan industrialisasi pertanian.

Sektor agroindustri kini menjadi primadona yang diharapkan dapat membantu meningkatkan perekonomian daerah, nasional dan devisa negara.

Dewasa ini produk berbahan baku alami semakin disukai oleh masyarakat bahkan luar negeri pengguna produk berbahan baku alami telah menjadi trend masyarakat luas yang terkenal dengan istilah “back to nature” yang berarti kemblai kealam. Demikian pula halnya dengan tanaman lidah buaya (Aloevera) yang selama ini hanya dikenal sebagai shampo untuk perawatan rambut dan tanaman hias. Pada masa kini penggunaannya sudah semakin luas, baik dalam industri kosmetik maupun farmasi.

Lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebgai tanaman obat dan bahan baku industri. Dinegara maju seperti Amerika, Australia, dan Eropa lidah buaya telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan. Berdasar hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral vitamin, polysakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Tanaman ini memiliki banyak khasiat seperti anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Disamping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS (Wahyono E dan Kusnandar, 2002).

1.

Lokasi

Di Kota Pontianak (Siantan) dan Kabupaten pontianak (Rasau Jaya) tanaman liidah buaya tumbuh dengan sangat baik pada lahan gambut. Potensi lahan gambut mencapai 1.100 ha (10,20% dari luas wilayah), dan lahan gambut di Kab. Pontianak mencapai 450.000 hektar (24,76% dari luas wilayah), maka pengembangan komoditas ini masih sangat potensial.

2.

Keunggulan
*

Merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri
*

Berdasar hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral vitamin, polysakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
*

Tanaman ini memiliki banyak khasiat seperti anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Disamping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS (Wahyono E dan Kusnandar, 2002).
*

Permintaan pasar lokal dan ekspor cukup tinggi sekitar 20.000 ton per/minggu
*

Harga Pasaran stabil dan cenderung terus meningkat
*

Minumannya sangat diminati masyarakat|

3.

Sarana Penunjang
*

Stabilitas keamanan terjamin
*

Peraturan dan Regulasi tentang perizinan sangat mudah
*

Lokasi centra produksi berada di Kota Pontianak dan Kab. Pontianak
*

Transportasi darat, laut dan udara tidak mengalami kendala
*

Lembaga Keuangan (Perbankan) tersedia
*

Telekomunikasi, listrik dan air bersih lancar
*

Lahan mempunyai surat tanah yang jelas (bersertifikat)
*

Tersedia tenaga kerja yang profesional
*

Hotel dan restoran tersedia mulai dari kelas eksekutif hingga ekonomis

Kelapa Sawit

Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalbar masih terbuka lebar. Tersedia lahan seluas 1,4 juta ha. Hingga tahun 2000 tercatat 33 buah perusahaan yang telah beroperasi dengan total realisasi pemanfaatan lahan mencapai 200.000 ha, yang terdiri 9 Perusahaan PIR Trans, 6 PIR-KPAA, 10 Perkebunan besar swasta nasional, 4 Perusahaan perkebunan besar swasta asing, 3 BUMN dan 1 PIR BUMN. Selain itu terdapat 15 perusahaan yang telah mendapat izin prinsip, dan 13 perusahaan telah mendapat informasi lahan, namun belum mendapat izin prinsip.

1.

Lokasi
*

Kab. Sanggau (Belitang Hulu, belitang hilir, Parindu, Sanggau Kapuas, Sekadau Hilir, Sekadau hulu, Tayan Hulu, Meliau, Beduai, Kembayan, Bonti, tayan Hilir, Balai, Mukok, Nanga Belitang, Nanga Mahap dan Nanga Taman
*

Kab. Bengkayang (Kec. Ledo dan Sanggau Ledo)
*

Kab. Sambas (Tebas dan Sambas)
*

Kab. Landak (Air Besar)
*

Kab. Ketapang
*

Kab. Pontianak

Dengan skenario optimis diharapkan luas pengembangan perkebunan kelapa sawit hingga tahun 2015 mencapai 450.000 ha, dengan rata-rata penanaman mencapai 30.000 ha/tahun dengan total produksi mencapai 7 juta ton TBS. Sementara dengan penerapan skenario kedua (moderat) ditergetkan hingga 2015 mencapai 250.000 ha dengan rata-rata penanaman 17.000 ha/tahun dengan total produksi 6 juta ton TBS, dan penerapan skenario ketiga (pesimis) tahun 2015 ditargetkan 120.000 ha, dengan rata-rata penanaman 8.000 ha/tahun dengan total produksi mencapai 5 juta ton TBS

2.

Keunggulan
*

Hampir semua hasilnya bermanfaat bagi kehidupan yaitu minyak goreng, margarine, sabun, minyak pelumas, tekstil dan lain-lain
*

Pertumbuhan minyak sawit jauh lebih cepat dengan kadar minyak jauh lebih tinggi dalam setiap hektar dibanding minyak nabati lainnya
*

Memiliki daya substansi yang tinggi, dengan teknologi maju dapat ditampilkan berbagai formulasi untuk industri
*

Permintaan pasar dari tahun ke tahun meningkat
*

Pasar Potensial China, India, dan Pakistan

3.

Sarana dan Prasarana Pendukung
*

Stabilitas keamanan terjamin
*

Bebas dari sengketa tanah
*

Regulasi di bidang perizinan sangat mudah
*

Sarana jalan dari Pusat Ibukota ke centra produksi lancar (Aspal, pengerasan, dan tanah)
*

Jaringan listrik di Desa-desa Kecamatan sudah terpasang, sedangkan penyediaan air bersih dari PDAM baru sampai desa-desa yang berdekatan dengan ibukota Kecamatan
*

Tersedia Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Tani yang menyebar disetiap Desa
*

Tersedia Bank BRI Cabang Pembantu Sanggau Ledo
*

Tersedia tenaga kerja yang profesional dan potensial di desa-desa transmigrasi
*

Tersedia akomodasi yang memadai

No comments:

Post a Comment

Tulis komentar anda disini

Total pageviews bulan ini