Selamat Datang di Web Blog Purna Praja STPDN/IPDN Kabupaten Ketapang

16 October 2008

Ketahui Keunikan Orang, Yuk!

MEMBANGUN hubungan dengan orang lain banyak liku-likunya. Mungkin bagi beberapa orang, hal ini dirasa tidak terlalu sulit. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang yang punya kendala dalam membina hubungan dengan orang lain.


Setelah kondisi tersebut dihadapi, mulailah mereka berpikir bahwa setiap manusia berbeda dan unik. Tidak ada dua manusia yang sama, sekalipun mereka adalah kembar identik.

Manusia memiliki kesukaan dan kemampuan yang berbeda, pendapat yang lain, juga pandangan hidup yang berbeda. Karena itu, perlu pembelajaran yang tepat bagaimana cara menerima perbedaan. Mengenai hal itu, psikolog Bondan Seno Prasetyadi memaparkan pandangannya.

"Pembelajaran menerima perbedaan adalah termasuk perkembangan manusia yang dimulai dari periode anak. Pada masa perkembangan anak merupakan awal di mana anak belajar untuk bisa memahami dan menerima adanya perbedaan. Dari pola asuh tersebut anak dapat menerima perbedaan sesuai dengan perkembangannya," kata Bondan ketika berbicang dengan okezone melalui telepon genggamnya, Jumat (17/10/2008).

Menurut psikolog lulusan Universitas Gunadarma ini, yang dimaksud saat anak dapat menerima perbedaan sesuai dengan perkembangannya itu bukan dari orangtua saja, tapi juga lingkungan sekitar.

"Yang dimaksud menerima perbedaan itu mulai dari saudara-saudaranya dan teman-teman sepermainan. Melalui perbedaan-perbedaan kecil itu dapat menjadi awal bagi mereka. Di sini peran orangtua sangat penting untuk mengarahkan anak-anaknya," ucap psikolog dari PT Mitra Langgeng Sejati ini.

Lebih lanjut Bondan menuturkan, mengajarkan perbedaan kepada anak itu juga dapat dilanjutkan kembali saat mereka sekolah. Perlakuan guru terhadap anak-anak muridnya baik yang laki-laki maupun perempuan dapat memberi perbedaan.

"Peran guru di sekolah sangat besar sekali untuk membentuk pandangan anak terhadap perbedaan, sebab mereka berperan penting bagi murid untuk mendapat wawasan luas," papar ayah satu orang anak ini.

Saat seseorang dapat menerima perbedaan, sambung Bondan, maka tidak akan ada stereotipe. Di mana seseorang hanya menggunakan kacamata jati dirinya untuk melihat orang lain. Sebab untuk melihat orang lain, kita harus menaruh posisi pada orang tersebut.

"Terjadinya akulturasi (berbaur) penerimaan budaya itu harus ada dalam diri seseorang, terutama saat melihat perbedaan. Ini dilandasi alasan bahwa kita itu multikultur, jadi dari sisi biologis maupun psikologis harus ada akulturasi," imbuhnya.

Nah agar tidak terjadi konflik, maka sebaiknya Anda harus mengetahui aspek-aspek yang mendasarinya. Yaitu komunikasi yang berjalan dua arah dan timbulnya persepsi yang sama. Artinya, kita harus siap dalam melihat perbedaan.

Saat seseorang sudah kondusif melihat perbedaan karena pola asuh yang tepat, maka ke depannya tidak akan menghadapi masalah. Tapi saat dari awal pola asuhnya tidak baik, maka seseorang tidak dapat menerima perbedaan dengan kondusif.

No comments:

Post a Comment

Tulis komentar anda disini

Total pageviews bulan ini